Blog

Mazinger X

Pernah dengar Mazinger X? Tenang… X di sini bukan berarti ini parodi yang bertema ‘dewasa’ ya. Bukan juga seri terbaru dari waralaba Mazinger, dan jelas bukan prequel dari Mazinger Z karena huruf X urutannya lebih dulu dari Z.

Kalau Mazinger Z, penggemar super robot sudah pasti pada kenal (anggap aja gitu). Buat yang belum kenal, Mazinger Z bisa dibilang sebagai ‘nenek moyang’ anime beraliran super robot karena anime buatan Nagai Go, yang dirilis tanggal 3 Desember 1972 ini adalah pertama kalinya ada serial anime yang bertema robot dengan pilot yang mengendalikannya secara langsung. Sebelumnya memang ada anime yang memperkenalkan robot raksasa seperti Tetsujin 28 (alias Gigantor buat para pemirsa barat) yang rilis tahun 1963, tapi Tetsujin dikendalikan dengan menggunakan pengontrol jarak jauh yang dioperasikan oleh Kaneda Shotaro. Jadi ‘pilot’-nya tidak mengendalikan robot secara langsung. Sementara dalam konsep Mazinger Z, Kabuto Koji sebagai pilotnya, mengendalikan langsung Mazinger dengan menggunakan Hover Pilder yang berada di kepala Mazinger Z.

Apakah Mazinger X ini serial pendahulu sebelum Mazinger Z diciptakan? Jawabannya adalah: bukan. Bahkan secara produksi pun, Mazinger X itu baru diproduksi tahun 1978, alias 6 tahun setelah Mazinger Z. Apakah semacam serial TV juga seperti Mazinger Z yang jumlah episodenya belum tersaingi oleh serial super robot lain sampai sekarang (92 episode)? Bukan juga, Mazinger X ini dirilis dalam bentuk movie. Apakah bentuk robotnya sama atau mirip dengan Mazinger Z? Jawabannya adalah: tentu tidak. Lalu seperti apa wujud dari Mazinger X ini? Nah … inilah dia wujud dari Mazinger X *drumrolls*

Itu dia!

Ngawur, itu kan Grendizer, super robot buatan Nagai Go yang lain. Tet-tot! Ternyata bukan juga, karena Grendizer yang asli, tanduknya nggak polosan gitu, tapi seperti 2 tanduk yang bertumpuk kayak di bawah ini. Beda tipis lah ya.

The real Grendizer

Lalu sebenernya siapa Mazinger X ini? 🤔

Judul asli dari Mazinger X ini adalah : Dallyeola Majing-ga-X (Run Mazinger X, please correct me if I’m wrong) atau dalam aksara aslinya 달려라 마징가 X. Sebuah animasi dari Korea Selatan yang diproduksi pada tahun 1978 dan disutradarai oleh 김현용 (Kim Hyun-yong, again, please correct me if I’m wrong)1 di mana pada saat itu mungkin masalah nasionalisme menjadi perhatian utama, jadi sepertinya masuk akal kalau sesuatu yang asalnya dari bangsa yang pernah menjajah akan sulit diterima tapi untuk ‘menjembatani’ dibuatlah versi kearifan lokalnya. Atau ya, bisa jadi masalahnya lebih sederhana, yaitu plagiarisme, kurangnya kreativitas, dan cuma modal tinggal copas aja apa yang menjadi trend di belahan dunia lain tanpa ada alasan politis atau lainnya.

Pernah nonton? err … pernah. Dan terus terang, meskipun bisa nangkep sedikit-sedikit tapi tetap kesulitan karena nggak paham bahasa Korea. Abis nonton akhirnya ya coba browsing untuk cari yang pernah nonton juga atau paling tidak sinopsisnya. Ternyata susah sodara-sodara. 🙃 Akhirnya coba cari di gugel dengan huruf aslinya, muncul sih beberapa blog dalam bahasa Korea, dan ya sekalian aja minta tolong gugel untuk terjemahin. Salah satu yang kayaknya lumayan membantu mengikuti ceritanya (nggak sampe paham banget sih, tapi lumayan) adalah yang ada di blog ini2

Jadi, ceritanya, (mohon maap, nama-nama agak kurang paham yang bener siapa aja, jadi nggak cantumin nama tokoh) ada pangeran yang berhasil kabur ketika kerajaannya diserang oleh pihak musuh. Saat kabur dia terpisah sama adik perempuannya jadi dia tidak tahu apakah adiknya ini selamat atau nggak. Dia kemudian bergabung bersama tim peneliti dari bumi dengan laboratorium yang kebetulan sama kayak laboratoriumnya Profesor Genzo Umon (dari UFO Robo Grendizer), dengan talang air yang bisa kebuka dan si Mazinger X ini meluncur keluar dari situ. Secara garis besar, cerita selanjutnya jelas lah, mereka bekerja sama melawan alien musuh yang menyerang, mempertahankan bumi, dst dst. Original sekali bukan? Bukan. 😆

Selain jalan cerita yang ‘kayaknya gue tau nih‘, ternyata dalam film ini juga banyak cameo dari tokoh-tokoh anime super robot Jepang, bahkan beberapa adegan mengingatkan kepada adegan di versi animasi Jepang. Coba kalo kita kasih tangkapan layarnya, mungkin ada yang langsung bisa mengenali “loh, ini kan si anu dari anime anu“, atau “kayak pernah liat adegan ini“. Sepertinya mereka memang dikontrak khusus mungkin biar penonton merasa familiar baik secara cerita maupun tokoh. Eh, tapi endingnya agak ada twist-nya dikit sih, bisa dilihat di gambar terakhir.

Tanpa bermaksud menyalahkan atau membenarkan, rasanya pada suatu masa dan di sebuah tempat, kejadian seperti ini bisa dan kemungkinan besar masih terjadi sampai sekarang. Sebenernya masih ada beberapa lagi judul dari negara yang sama (8-9 judul lagi mungkin? 😉) dan mungkin kalo penggemar super robot anime nonton akan berpikir: “lah, ini kan … “. Entah itu disebut sebagai inspired by atau emang blatant plagiarism tapi ya tetep pemirsa yang tau akan mengerutkan dahi ketika menonton, dan kadang penasaran juga, apa yang kira-kira ada di benak penciptanya ketika melihat hal seperti ini.

Terlepas dari itu semua, mungkin yang terpenting adalah, apakah praktek seperti ini akan terus dilanjutkan atau tidak? Apakah ‘jiplakan’ itu akan menjadi kebiasaan atau justru mendorong kreativitas dan pada akhirnya menciptakan sesuatu yang benar-benar original? Untuk Korea Selatan sendiri, di Indonesia sini mungkin perkembangan animasinya kurang keliatan ‘hasilnya’ karena lebih banyak K-Pop dan K-Drama yang masuk. Apakah ada, mungkin, ‘kembaran’ dari … Gurren Lagann misalnya? 😅

Sources
  1. 달려라 마징가 X (1978년) : 네이버 블로그 (naver.com)
  2. 페니웨이™의 In This Film :: 괴작열전(怪作列傳) : 달려라 마징가X – 표절만화의 끝은 어디까지인가? (pennyway.net)
  3. (13) [고전만화] 달려라 마징가X (1978) – YouTube – nemu ini di YT 😅 lumayan buat screencap
  4. Dallyeola Majing-ga-X – MyAnimeList.net
Standard
Anime, Blog

Katsuhiro Otomo’s Memories

Mari coba bahas 3 short anime movies, yang lumayan “menarik” 😉

Katsuhiro Otomo (AKIRA) di tahun 1995 pernah bikin short stories diangkat jadi 3 movie pendek Kanojo no Omoide (Magnetic Rose), Saishuu Heiki (Stink Bomb), dan Taihou no Machi (Cannon Fodder). Dari 3 movie ini yang paling diinget memang yang kedua, dan belakangan jadi inget lagi karena … yah … coba kita liat aja dulu. 🤭

Kanojo no Omoide, Taihou no Machi, Saishuu Heiki

Kanojo no Omoide

Movie pertama berjudul Kanojo no Omoide (disutradarai Morimoto Kouji, salah satu animator AKIRA) bercerita tentang kapal luar angkasa bernama “The Corona” (❗) yang mencoba mencari sumber panggilan darurat dan menemukan sebuah kapal yg dulunya milik seorang diva bernama Eva Friedel (seiyuu: Takashima Gara). Dikatakan bahwa dia menghilang setelah ada kabar kematian tunangannya yang bernama Carlo Rambaldi.

Heintz Beckner (seiyuu: Isobe Tsutomu) dan Miguel Costrela (seiyuu: Yamadera Kouichi), awak kapal Corona yang mencoba mencari sumber panggilan darurat di dalam kapal itu ternyata malah ‘terjebak’ dan mengalami halusinasi yang dipicu oleh AI (artificial intelligence). Mereka merasa seperti melihat dan bertemu dengan Eva yang kemudian berusaha membunuh Heintz dan ingin membuat Miguel tetap tinggal di situ sebagai “Carlo”. “Eva” yang merupakan manifestasi dari memori Eva selama hidup itu memberitahu Heintz bahwa sebenarnya dialah pembunuh Carlo karena Carlo menolak untuk menikah dengannya.

Eva Friedel

Dalam upaya mereka untuk melarikan diri dari jebakan itu, kapal Corona akhirnya hancur, Miguel “hidup” dalam memori Eva, dan Heintz yang mengapung di luar angkasa dalam keadaan masih hidup.

Sekedar info tambahan, movie pertama ini sepertinya lebih populer karena seringkali yang dibahas malah keterlibatan Kon Satoshi di bagian screenplay dan Kanno Yoko yang menangani musiknya. Kedua nama ini (selain Otomo sendiri) memang sangat terkenal di dunia anime.

Saishuu Heiki

Saishuu Heiki atau Stink Bomb adalah movie kedua yang disutradari Okamura Tensai yang dulu juga mengerjakan proyek Darker Than Black. Dikatakan bahwa cerita Saishuu Heiki ini mengambil ide dari kisah nyata tentang seorang pasien bernama Gloria Ramirez, seorang penderita kanker stadium lanjut yang ketika dibawa ke RS untuk mendapatkan perawatan tetapi pada akhirnya malah mengakibatkan beberapa tenaga kesehatan yang kontak langsung dengannya menjadi sakit, mengalami sesak nafas, bahkan ada yang sampai dirawat di ICU selama 2 minggu. (❗)

Tanaka Nobuo (seiyuu: Hori Hideyuki) adalah seorang analis di laboratorium perusahaan farmasi yang sedang mengalami flu (atau gejala menyerupai flu?) (❗). Dia sudah berobat dan mencoba minum berbagai macam obat flu yang ada, termasuk mendapatkan suntikan tetapi tidak kunjung membaik. Sampai di tempat kerjanya dia menemukan sebotol obat yang masih dalam tahap percobaan. (❗) Mengira obat itu bisa membantunya, dia mencoba minum obat yang misterius tadi. Setelah minum obat, dia merasa badannya lemas sehingga memutuskan untuk istirahat sebentar.

Sementara itu, kepala laboratorium tersebut mencari botol berisi obat eksperimen miliknya yang hilang. Dengan panik orang itu mencoba mencari ke mana-mana dan ketika diberitahu ada kemungkinan Nobuo yang membawanya, diapun segera mencari Nobuo. Di saat yang bersamaan, para pegawai laboratorium itu mulai mencium adanya aroma asing (❗) di seluruh gedung dan tidak diketahui sumbernya.

Tanaka Nobuo (src: Ganriki.org)

Nobuo yang sedang istirahat kemudian terbangun dan dia sangat terkejut ketika melihat bahwa semua orang yang ada di laboratorium itu sudah tergeletak mati. Dalam kepanikannya dia berusaha menemui kepala laboratorium yang ditemukannya sudah dalam keadaan tewas di ruangannya dalam posisi ingin mengaktifkan alarm tanda bahaya ancaman biologis. Di ruangan kepala laboratorium ini Nobuo berhasil menghubungi petinggi perusahaan yang mengatakan kepadanya untuk segera mencari dokumen yang berkaitan dengan obat tersebut yang ternyata adalah sebuah senjata biologis eksperimen yang sedang dikembangkan secara rahasia.

Ketika Nobuo berusaha membawa dokumen itu, tanpa disadari dia telah mengakibatkan kematian warga seluruh kota itu dengan ‘bau tubuh’-nya (❗). Pemerintah yang sudah mendapat laporan mengenai kejadian ini kemudian memutuskan untuk mengirim militer ke kota itu dan melakukan lockdown (❗). Nobuo sendiri masih tetap dengan pemikirannya, berusaha untuk menuju ke kantor pusat demi memberikan dokumen rahasia yang dibawanya.

Pihak militer mengalami kesulitan karena ternyata masker yang digunakan oleh para pasukan tidak mampu menangkal gas beracun yang keluar dari tubuh Nobuo. Oleh karena itu pemerintah Jepang kemudian meminta bantuan kepada Amerika Serikat dan pihak militer AS mengirim anggota pasukan khusus mereka yang diperlengkapi baju astronot (❗) milik NASA untuk menangkap Nobuo.

Ketika mereka berhasil menangkap Nobuo, mereka segera membawanya kembali ke markas dan menyerahkan dokumen kepada para petinggi di sana. Tetapi mereka terkejut karena ternyata yang memakai pakaian astronot itu bukanlah prajurit AS, melainkan Nobuo yang kemudian membuka baju astronotnya sehingga keluarlah gas mematikan itu dari dalam baju dan memenuhi ruangan itu…

Taihou no Machi

Dalam dunia Taihou no Machi diceritakan mengenai sebuah kota yang sebagian besar terdiri dari meriam (cannon) dan meriam-meriam ini secara berkala menembak ke luar dinding kota.

Seorang anak dan ayahnya bekerja di kota ini sebagai pengisi peluru meriam. Seumur hidupnya, si anak hidup dalam kota dengan dinding pelindung (❗) dan bangunan-bangunan yang dilengkapi dengan meriam. Dalam pengetahuannya, meriam-meriam itu digunakan untuk melindungi kota dari ‘musuh’ yang selama ini belum pernah dilihatnya.(❗) Dilandasi pemikiran itu, si anak bercita-cita menjadi orang yang mengendalikan salah satu meriam itu dan menembakkannya ke arah musuh.

Cerita movie ketiga ini memang sepertinya sengaja dihentikan sampai situ oleh sutradaranya, yaitu Katsuhiro Otomo sendiri. Tidak diceritakan mengenai siapa sebenarnya ‘musuh’ yang mereka hadapi, atau apakah si anak akhirnya berhasil menjadi yang dia cita-citakan.

Image source: www.imdb.com

Tema yang menarik

Dari ketiga movie tadi, gue merasa melihat sesuatu yang menarik dan sangat berkaitan dengan keadaan di dunia nyata saat ini. Mungkin dianggap terlalu menghubung-hubungkan, ya nggak apa-apa juga, tapi rasanya sayang kalau dilewatkan. 😁

Di movie pertama, jelas yang langsung ‘ketangkep’ adalah nama kapalnya. Yap, The Corona, nama yang sedang populer selama 2-3 tahun terakhir (nggak bagus sih populernya, tapi ya… populer). Kalau kita lihat juga, di sini yang tadinya ‘penolong’ justru akhirnya juga menjadi ‘korban’, bahkan nasib (salah satu dari) mereka pun jadinya nggak jelas, terapung di luar angkasa, dalam keadaan masih hidup, tapi nggak tau untuk berapa lama. Terasa seperti sebuah metafora…

Movie kedua menurut gue paling ‘terasa mendekati’. Dari awalnya ada si Nobuo yang sakit flu, itu first clue. 😁 Diobatin pake obat flu biasa kok nggak sembuh. Coba minum macem-macem obat, nggak sembuh. Berobat dan dapet suntikan, nggak sembuh. *mulai mengarah 😁Setelah dia mencoba macem-macem obat dan minum obat eksperimen, ternyata dia menjadi “patient zero”, di mana bau yang muncul dari badannya menyebar lewat udara dan mengakibatkan kematian orang-orang di sekitarnya (aerosol? *shrug). Sebagai akibatnya, kota tempat dia berada di-lockdown oleh pemerintah untuk mencegah penyebaran bau mematikan itu. *wow … Bahkan tim yang dikerahkan untuk menangkap Nobuo, harus mengenakan pakaian astronot untuk bisa mendekati dia *hazmat suit anyone? 😁 Dan satu hal lagi yang menarik di sini adalah “bau”, di film sih diceritakan orang seperti mencium bau/aroma yang aneh dulu sebelum mereka tewas. Bayangkan kalo misalnya anosmia…

Movie ketiga menceritakan tentang anak yang tumbuh besar di sebuah kota yang terlindungi tembok, jangan-jangan ini yang dimaksud “anak pandemi”? Dari kecil hidup dalam lingkungan ‘tertutup’ karena resiko terpapar kalo ‘main ke luar’? Dan ceritanya si anak dikasih tau kalo mereka harus melindungi diri dari musuh yang dia belum pernah lihat sebelumnya, entah karena nggak bisa dilihat dengan mata biasa, atau … ?

Note
Tadinya mau masukin link ke retrocrush di sini, tapi sepertinya video Magnetic Rose sudah di-private, dan 2 movie lainnya nggak tersedia. 🙏

Standard
Blog

Magical Girls for Boys


Magical Girls adalah salah satu genre yang cukup penting dan signifikan di dunia anime dan manga. Sejak 1960an genre ini berkembang dengan judul seperti Himitsu Akko-chan ato Sally the Witch Girl. Popularitas Magical Girls genre meledak pada awal 90an dengan anime adaptasi dari manga Bishojo Senshi Sailormoon, memperkenalkan berbagai macam tropes dan standar yang akan menjadi staple pada hampir seluruh magical girls di dekade kedepannya.
Satu yang undeniable dari berbagai macam magical girls show adalah hampir keseluruhan di rancang dan ditujukan untuk pasaran perempuan (anak anak perempuan dan gadis remaja).

Ciri khas yang cukup menonjol adalah kisah percintaan dan personifikasi kecantikan saat itu seperti princess atau idol-like. Namun walaupun banyak show di 90an dan awal 2000an dirancang dan ditujukan untuk pasar perempuan, ternyata cukup banyak penggemar pria yang datang dan menggemari serial serial tersebut. Berkaca dari fakta itu, era 2000an muncul beberapa series yang dirancang untuk memikat both genders dan malah ada yang khusus ditujukan untuk pasar penggemar pria, biasanya dengan melibatkan highly choreographed fights, mecha sebagai cerita dan sedikit mengesampingkan romance in favour of friendship ala anime shonen.

Berikut ini adalah ……. Anime magical girls yang IMHO bisa dinikmati oleh penggemar pria dan sedikit saran dari saya untuk bagaimana masuk ke franchise tersebut.

Mahou Shojo Lyrical Nanoha

Nanoha, Fate and Hayate

Nanoha pada awalnya hanya merupakan karakter sampingan pada game PC Triangle Heart 3. Pada saat Nanoha dibuat menjadi anime terpisah pada 2004, penggemar anime terkejut dengan tone cerita dan koreografi yang tersaji apik bagaikan serial action shonen.

Motivasi utama bagi Nanoha untuk menjadi seorang Magical Girl itu sebetulnya tidak banyak berbeda dari berbagai Magical Girl lain, yaitu membantu orang lain dalam kesusahan namun eksekusi dan pilihan cerita dalam Nanoha tersaji berbeda dari kebanyakan Magical Girl show sebelum ini, anime ini terasa lebih direct dan (anehnya) macho dengan Nanoha yang bertindak bagaikan jagoan shonen anime yang bermata lebar dan berhati lapang menanti petualangan dan bertemu teman dalam perjalanan, dan itulah yang dia dapatkan sepanjang series.

Pesona lain dari Nanoha adalah henshin device alias alat perubah diri yang tidak terlihat sebagai benda lucu seperti alat make up atau bolpen tulis berpita, namun objek normal (kalung dalam hal ini) dan berubah menjadi tongkat bersuara mechanical dan mampu berubah wujud menjadi beam cannon, ini tentu akan menarik perhatian dari para penonton pria yang kebanyakan juga menyukai mecha anime.

Nanoha season 1 hingga 3 (StrikerS) masih mempunya balance yang cukup bagus antara Magical Girls trope dan shonen all out battle, namun pada season belakangan, ViviD dan seterusnya, cerita anime berubah menjadi tournament fighter dengan fokus semakin kecil kepada unsur “magical” nya.
Sedangkan movie universe sedikit memberikan kesegaran karena kembali ke dasar yaitu Magical Girl story, namun emphasis diberikan lebih banyak ke faktor “all out battle” daripada quiet character moments seperti pada TV series universe.

Saran saya, coba mulai dari season 1 Lyrical Nanoha dan lanjut ke season 2 Nanoha A’s. Setelah itu baru putuskan sendiri untuk melanjutkan franchise ini atau tidak, saya hanya merekomendasikan StrikerS dan movie universe apabila memilih untuk melanjutkan.

Madoka Magica


Pada tahun 2011, Puella Magi Madoka Magica mengguncang dunia per anime an ketika pertama kali ditayangkan. Hal ini karena Madoka menempun rute lain yang berbeda dari kebanyakan Magical Girl sebelum nya, termasuk Nanoha.

Dari karakter design, tone cerita awal, dan berbagai hints lainnya tidaklah memperlihatkan Madoka sebagai anime Magical Girl yang berbeda, namun jalinan cerita yang ditulis oleh Urobochi Gen penulis jenius dari Nitroplus dan musik yang menusuk dari Kajiura Yuki dan juga ramuan yang pas dari sutradara Akiyuki Shinbo membuat perasaan tidak tenang sepanjang episode2 awal.

Hal ini terbukti ketika satu adegan seolah membuka semua topeng dari anime ini dan sejak saat itu all hell break loose sampai dengan episode final. Madoka mengandalkan tekanan psikologis yang luar biasa untuk tetap menggaet penonton dan mengikatnya di kursi hingga episode berakhir, hampir tidak ada 1 episode pun kita merasakan jagoan kita bisa beristirahat dan aman.

Diluar dari character design nya yang luar biasa imut, faktor lain yang menarik banyak penonton pria adalah alur dan cerita dari Madoka yang cukup dewasa disertai efek sebab akibat yang biasanya cukup absen di anime Magical Girl.
Saran saya coba tonton Madoka Magica terlebih dahulu baru melangkah ke Magia Records ataupun Rebellion di manga.


Symphogear


Senki Zessho Symphogear (The Song of the Valkyries Symphogear) adalah anime hasil karya Studio Satelight, dimana Kawamori Shoji adalah salah satu keyperson disana.

Symphogear dari awal sudah di rancang untuk demografi penonton remaja pria, dengan idol-like characters, mecha-inspired battle suit , adegan battle yang bombastis serta cerita yang lebih mirip film action daripada Magical Girl klasik. Cerita inti dari Symphogear juga menyerupai dari shonen anime, dimana core characters terus bertambah setiap season baru dan juga main heroine yang mendapatkan upgrade form ala Kamen Rider jaman Reiwa.

Kekuatan terbesar bagi Symphogear ini adalah pada lagu dan voice actress nya. Lagu merupakan hal yang esensial didalam universe Symphogear, sebagaimana karya masterpiece Kawamori, Macross, lagu selain untuk menambah keindahan adegan dalam anime juga berfungsi sebagai senjata untuk melawan musuh. Dalam hal Symphogear, lagu yang dinyanyikan oleh karakter berfungsi untuk membangkitkan armor/ senjata dari setiap relic yang berguna untuk menghabisi musuh atau Symphogear lawan.

Karena lagu memegang peranan penting maka pemilihan voice actress tidaklah main main, tidak kurang seiyuu/ penyanyi sekaliber Mizuki Nana, Takagaki Ayahi, Aoi Yuki dan Hikasa Yoko ikut dalam cast Symphogear, dan Mizuki Nana juga mengisi lagu opening mulai season 1 hingga season terakhir, XV.

Symphogear merupakan franchise yang cukup masif dengan 5 anime season, games dan manga serta serangkaian konser semi rutin yang cukup menakjubkan. Karena cukup panjang dan banyak, saya sarankan mulai dari season 1 dan GX dahulu.

Magic Knight Rayearth


Magic Knight Rayearth adalah manga karya dari maestro manga CLAMP. Rayearth ditulis berdasarkan kesukaan CLAMP bermain game RPG seperti Dragon Quest dan kecintaan mereka terhadap anime mecha seperti Yamato. Rayearth merupakan gabungan dari berbagai genre seperti Magical Girls, RPG adventure, mecha dan isekai.

Kekuatan utama dari Rayearth adalah artwork yang legendaris, karakter yang karismatik dan plot twist yang cukup besar di jaman nya.

Rayearth menjadi anime di 1994 dan mempunyai perbedaan yang cukup signifikan dengan alur cerita di manga. Perbedaan antara lain pada penambahan karakter original dan beberapa adegan yang tidak terdapat di manga.

Rayearth anime juga mempunyai kekuatan yang sama dengan manga nya, namun menambahkan animasi yang apik, lagu pengiring yang luar biasa dan jalan cerita yang lebih ekspansif dan cukup mengulas dengan dalam berbagai karakternya.

Rayearth secara demografi, menurut saya akan terbagi rata antara pria dan wanita. Penonton pria akan menyukai 3 karakter utama yang lucu dan menggemaskan, elemen RPG dan petualangan serta mecha cantik nan indah dalam bentuk ketiga Mashin legendaris. Penonton wanita akan menyukai banyaknya alur cerita percintaan, karakter2 pria yang yang gagah dan sedikit BL hint antara Lantis-Eagle

Saran dari saya, selalu tontonlah TV series terlebih dahulu. Rayearth mempunyai OVA 3 episode yang tidak mempunyai hubungan apapun dengan TV series nya. Hindari OVA itu sebelum menyelesaikan TV series nya.

Standard