Ah, Doraemon. Kayaknya hampir semua orang di Indonesia (bahkan mungkin dunia) kenal sama Doraemon. Tapi jujur aja, baru kali ini gue ngeliat orang yang mau nonton filmnya Doraemon di bioskop Indonesia sampe sebegitu hebohnya. Denger-denger di Bandung yang mau nonton Doraemon itu 7.000 tiket terjual habis.
Nggak mengherankan juga, soalnya di Jakarta sendiri, yang namanya mau beli tiketnya Stand By Me Doraemon itu juga perjuangannya nggak gampang. Sampe situs teater yang menayangkan filmnya mengalami gangguan server karena overload sama permintaan booking tiket. Itupun sampe yang show jam 21:00 cuma tersisa 3 kursi pas dicek sekitar jam 19:00.
Kenapa yang kali ini heboh sekali? Berdasarkan analisa pasar (oh really? ) … alias ngedengerin orang-orang ngobrol di bioskop yang crowded banget itu, antusiasme membludak karena beredar informasi bahwa ini adalah film terakhir Doraemon karena diceritakan bahwa Doraemon nggak bakal kembali lagi ke masa kecil Nobita. Aww …
Kalo baca di internet, banyak pemirsa Jepang yang memberikan nilai bagus untuk film yang ini. Ada yang bilang animasinya bagus, story nya bagus, drama nya dapet, dll. Ya pastinya orang jadi makin berminat nonton. Apalagi seinget gue pernah baca ada yang bilang kalo film yang kali ini bukan sekedar petualangan Nobita dan Doraemon ke sebuah dunia fantasi (bukaaan … bukan yang di Ancol!) dan nggak sekedar menonjolkan gadget-gadget ajaib dari kantong si Doraemon.
Anyways (SPOILER ALERT!!)
Cerita film ini dimulai dengan menggambarkan Nobi Nobita (seiyuu: Ohara Megumi) yang … yang … ya you-know-lah. Sekolah telat melulu, nilai 0 melulu, dibully melulu, sial melulu, as if nothing good is happening in his life. Dan ada “pihak ketiga” yang mengawasi kehidupan harian Nobita. Ternyata yang mengawasi itu adalah generasi ke-4 keturunan Nobita dari masa depan yang sedang berdiskusi dengan Doraemon (seiyuu: Mizuta Wasabi) mengenai bagaimana cara menolong Nobita sehingga keturunannya di masa depan bisa mempunyai kehidupan yang lebih baik dari yang ada saat itu.
Nobi Sewashi (seiyuu: Kamei Yoshiko), yang di subtitle Indonesia namanya jadi Soby, dan Doraemon akhirnya mendatangi Nobita di masa lalu dengan menggunakan mesin waktu Doraemon yang seperti kita tau, nongol di laci meja belajar Nobita. Sewashi memutuskan untuk memberi misi kepada Doraemon untuk membantu Nobita sehingga di masa depan nanti kehidupan Nobita dan keturunannya menjadi lebih baik. Misi ini awalnya ditolak oleh Doraemon tetapi Sewashi memaksakan dengan memasukkan program ke dalam Doraemon yang membuat dia tidak bisa kembali ke masa depan sebelum Nobita memperoleh kebahagiaan.
Sejak itu dimulailah petualangan Nobita dan Doraemon, dengan menggunakan gadget Doraemon seperti biasa yang kita liat di serial TV, untuk mengubah masa depan Nobita yang menurut info dari Sewashi adalah menikah dengan Jaiko dan hidupnya sengsara karena gagal. Tapi seperti biasa, gadget-gadget itu pada akhirnya justru tidak membantu Nobita mendapatkan kebahagiaan yang sesungguhnya, dan itu berdampak pada perasaannya kepada Minamoto Shizuka (seiyuu: Kakazu Yumi). Nobita akhirnya menyadari bahwa bergantung pada gadget Doraemon bukanlah jalan keluar dan berusaha keras belajar untuk bisa menjadi lebih baik dan bisa bersaing dengan Hidetoshi Dekisugi (seiyuu: Hagino Shihoko), teman sekelas mereka yang “perfect”, untuk mendapatkan Shizuka.
Cuma ya namanya juga Nobita, udah berhasil belajar matematika, ternyata ujiannya adalah sastra Jepang … Di tengah keputusasaannya (haiyah…) Nobita memutuskan untuk menjauhi Shizuka dan membuat Shizuka membenci dirinya karena Nobita berpikir bahwa dia hanya akan menyusahkan Shizuka di masa depan kalau memaksakan diri untuk menjadi pasangan hidup Shizuka. Tetapi ternyata keputusan Nobita kali ini justru malah membuat gambaran masa depannya membaik dan hal itu memberikan harapan baru bagi Nobita dan dia merasa telah menemukan sesuatu yang merupakan kebahagiaan bagi dirinya.
Karena Nobita telah berhasil menemukan kebahagiaan, artinya misi Doraemon telah berhasil. Sesuai dengan program yang telah ditanamkan, maka Doraemon harus kembali ke masa depan apapun yang terjadi. Mengetahui hal ini, Nobita berusaha keras untuk menunjukkan kepada Doraemon bahwa dia bisa kembali ke masa depan tanpa perlu mengkhawatirkan dirinya karena dia sudah bisa menghadapi sendiri masalahnya tanpa harus dibantu oleh Doraemon.
Beberapa waktu berlalu setelah kepergian Doraemon. Nobita dkk pun kembali menjalani kehidupan mereka seperti biasa hingga suatu hari, dia dikerjai oleh Honekawa Suneo (seiyuu: Seki Tomokazu) dan Gouda Takeshi alias Gian/Giant (seiyuu: Kimura Subaru) yang mengatakan bahwa Doraemon telah kembali. Ternyata dia dibohongi karena hari itu adalah April Mop. Nobita kemudian teringat bahwa Doraemon pernah meninggalkan satu gadget untuk dia gunakan suatu hari. “Gadget” itu ternyata adalah sebuah ramuan yang akan mewujudkan kebalikan dari apa yang diucapkan oleh Nobita. Nobita pun menggunakan ramuan itu untuk membalas keisengan Suneo dan Jyian. Meskipun begitu dia tetap bersedih karena tidak bisa bertemu Doraemon dan secara tidak sadar mengatakan bahwa Doraemon tidak mungkin kembali lagi. Ternyata efek ramuan tersebut masih ada dan … you guessed it. Doraemon secara ajaib kembali lagi (karena itu berkebalikan dengan ucapan Nobita).
And so they lived happily ever after. Medetashi … Medetashi …
My thoughts?
Sorry to say, tapi menurut gue endingnya … jelek kurang bagus (gue gak bisa bikin animasi dan bukan pakar, so I prefer to avoid strong word like ‘jelek’). IMHO akan (jauh) lebih baik kalo film itu endingnya adalah pada segmen di mana Nobita berhasil ‘berjuang’ untuk membuktikan kepada Doraemon bahwa dia sudah bisa menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa harus bergantung kepada Doraemon meskipun itu berarti dia harus tertatih-tatih. But he did it. Bahkan dia sudah mengatakan pada dirinya sendiri bahwa dia akan terbiasa dengan kondisi tanpa keberadaan Doraemon.
That, would have been a perfect ending. Dengan ending kayak gitu, keberadaan Doraemon di masa kecil Nobita jadi bermakna. Tujuan dia didatangkan ke masa lalu adalah untuk mengubah Nobita menjadi orang yang lebih baik, dan dengan dihentikan di bagian itu, artinya Doraemon telah berhasil. Cerita dan drama yang dibangun dengan baik dari awal akan punya makna yang lebih dalam. But that’s not what happened. Me = sad.
Kalo alasannya adalah murni untuk tontonan anak-anak, gue kurang setuju. Seperti gue bilang, cerita dan drama yang dibangun, itu nggak murni untuk anak-anak. Film-film Doraemon yang sebelumnya tentang petualangan ke dunia antah berantah mungkin iya, tapi yang ini gue rasa nggak. Dan menurut gue, ending yang disajikan agak-agak merusak suasana. Gue tau mendiang Fujiko F. Fujio menginginkan Doraemon untuk jadi never ending story, tapi ya akhirnya storyline film ini jadi “kebanting”.
Ringkasnya, animasi bagus dan smooth, gue suka penggambaran karakter-karakternya, Doraemon malah lebih lucu di sini, Jyian agak kurusan, Shizuka lebih cantik dll. Drama oke, komedinya oke, cerita nggak bertele-tele. Pada akhirnya gue harus akui gue menikmati film Stand By Me Doraemon ini tapi nggak sampe penghujung filmnya, karena gue suka banget sampe ya adegan yang gue bilang di atas tadi. After that … agak-agak drop feelingnya.