Jengjreeeng… Waktunya membahas Macross Delta yang sudah mencapai akhir cerita. Mind you, sudah jelas ini pendapat pribadi, bukan untuk ngajak ribut, tapi tetep terbuka untuk dikomentari. Dan pembahasan berikut sangat mungkin mengandung spoiler, jadi yang belum nonton tapi mau baca ya baca aja at your own risk. You have been warned!
Pertama, karena anime ini membawa nama Macross, kita liat dulu apakah 3 elemen utama Macross dipenuhi oleh serial yang satu ini. Nggak pake urutan khusus, tapi intinya Macross itu pasti terdiri dari: Love Triangle, lagu-lagu keren, dan Valkyrie unit. Tiga unsur ini boleh dibilang harus ada dalam cerita Macross. Dan Delta punya semua itu, jadi poin pertama, lulus.
Kita mulai dari yang paling sederhana dulu, Valkyrie units. Nggak terlalu banyak yang bisa dibahas sebenernya. Udah jelas ini mah, Delta shotai pake generasi terbaru Valkyrie fighters, VF-31 Siegfried sementara musuhnya pake Draken. Dan seperti layaknya Valkyrie units di Macross, semua mecha itu bisa bertransformasi dalam 3 bentuk, bentuk fighter jet, gerwalk mode, dan battroid mode. Secara design, menurut gue tim Kawamori masih belum kehilangan sentuhan mereka. Semua unit, baik unit milik Delta maupun Aerial Knights (AK) didesain dengan baik dan udah pasti bisa transformasi dengan baik juga, which is penting untuk penjualan mainannya nanti. Obvious. Yang jelas, untuk Draken, desainnya terinspirasi Saab-35 Draken, sementara kalo Siegfried sih kayaknya memang murni didesain untuk anime, soalnya so far nggak ada pesawat tempur beneran yang desainnya mirip dengan forward-swept wing nya itu. Paling banter yang sayapnya begitu cuma Berkut. Beda sama VF-1 jaman dulu yang terinspirasi F-14 Tomcat (mungkin karena jaman itu film Top Gun-nya om Tom Cruise lagi heiittss). Untuk yang ini gue nggak ada komplen, mecha design masih ok buat gue. Oh, tapi missile spam nya agak kurang ramai di Macross Delta, padahal itu salah satu ciri khas perang Macross… Missiles… Missiles everywhere. *pasang gambar meme Woody dan Buzz.
Berikutnya adalah lagu. Kalo yang ini, nggak mungkin gue komplen, wong gue aja ampe beli albumnya Walkure yang pertama dan sedang mempertimbangkan beli album berikutnya. Awalnya adalah ketika nonton episode ‘perkenalan’ yang ditayangkan pada akhir tahun 2015. Episode yang cuma ditayangkan setengah dari episode 1 itu, ditutup dengan lagu yang dinyanyiin sama Walkure saat terjadi pertempuran di planet Ragna di mana Hayate dan Freyja terjebak di dalamnya. Dan lagu itu kayak masuk dalam repeat mode di kepala gue … Hahaha. Akhirnya di bulan Desember 2015, lagu itu dirilis di iTunes Jepang sebagai single Walkure yang pertama. Lagu dengan judul いけないボーダーライン (Ikenai Borderline) itu bener-bener catchy dan menyenangkan untuk didengerin, cuma rada lama juga jeda antara lagu itu dikeluarin sama tayangnya si anime Macross Delta ini. Khawatir udah bosen denger lagunya sementara animenya belum nongol-nongol hahaha. Tapi ternyata nggak sih. Begitu animenya keluar ya dimulailah proses penajaman pendengaran untuk ‘menangkap’ lagu-lagu Macross. Yak Deculture!
Opening song yang pertama, 一度だけの恋なら (Ichido Dake no Koi Nara) juga enak didenger, tipenya seperti Lion di Macross Frontier, lagunya upbeat. Kalo dibandingin sama Macross original ya beda jauh gayanya. Terus lagu-lagu perangnya, 僕らの戦場 (Bokura no Senjou) juga bagus, terus lagu baladanya yang paling sering dinyanyiin, GIRAFFE BLUES juga enak. Jangan tanya kenapa judulnya begitu, gue juga penasaran sebenernya, tapi karena lagunya enak jadi ya udah biarin aja. Nggak cuma lagu-lagu Walkure dengan format anggota yang sekarang, ceritanya salah satu member Walkure, Kaname, dulunya juga pernah jadi lead sebelum Mikumo bergabung juga punya lagu yang sangat berarti buat Messer, salah satu anggota Delta yang tewas dibunuh sama Keith (anggota AK). Lagunya Kaname itu judulnya AXIA〜ダイスキでダイキライ〜 (AXIA ~Daisuki de Daikirai~), ini juga enak tapi kalo menurut gue sih agak-agak ‘umum’ tipe lagunya. Kalo mau dibahas semua lagunya, yang ada di album pertama aja udah bisa dibilang oke sih sebenernya. Udah gitu, di serial ini tetep nggak lupa untuk memunculkan lagu-lagu dari serial Macross sebelumnya, termasuk lagu wajib: Ai Oboete Imasuka? (Do You Remember Love?) Jadi, kesimpulan gue, untuk poin ini Macross Delta juga passed. Dengan nilai yang bagus juga.
Nah sekarang unsur ketiga dan unsur yang paling penting… Love Triangle. This is where things become interesting.
Di Macross Delta ini udah keliatan hubungan cinta segitiga dari awal adalah Hayate Immelman – Freyja Wion – Mirage Jenius. Agak-agak mirip sama original di mana si cowok (A) adalah pilot yang awalnya pilot biasa terus ‘kecemplung’ jadi pilot pesawat tempur Valkyrie dan berperang melawan musuh. Di tengah kekacauan dia ketemu sama cewek yang bercita-cita jadi penyanyi (B) dan secara nggak sengaja akhirnya kehidupan si cowok nggak jauh-jauh dari si cewek ini. Dan ketika si cowok masuk ke lingkungan militer, dia ketemu sama cewek satu lagi (C) yang awalnya hubungan mereka nggak bagus-bagus amat, tapi pada akhirnya mulai ada rasa dari salah satu pihak. A-B-C nya udah jelas kalo di Delta urutannya seperti tadi disebut; Hayate – Freyja – Mirage, sementara kalo di original, Ichijo Hikaru – Lin Minmei – Hayase Misa (buat yang nonton Robotech di TV swasta Indonesia waktu itu, ya berarti Rick Hunter – Lynn Minmay – Lisa Hayes). Sampe sini masih bisa gue maklumi dan gue rasa nggak masalah lah, kan bisa kita anggap sebagai homage buat original Macross.
Tapi… (nah… mulai ada ‘tapi’nya nih), sayangnya, menurut gue love triangle nya nggak berkembang. Maksud gue, dari awal udah plain to see kalo ini endingnya diarahkan ke Hayate – Freyja. Mirage itu nggak ada kesempatan apa-apa dalam hubungan segitiga ini. Sudah gitu, terlalu berlarut-larut ‘ketidaktahuan’ Hayate tentang perasaan 2 cewek di sekitar dirinya itu. Sudah lebih dari 20 episode baru dia nyadar di ujung serial. Agak-agak konyol untuk sebuah cerita Macross. Sampe-sampe di beberapa tempat di internet muncul joke kalo yang kali ini kayaknya Macross akan berakhir dengan harem end di mana semua cewek yang ada di serial itu naksir Hayate dan dia bersikap sama ke semua cewek itu. Typical harem lah, yang satu cowok dikelilingin banyak cewek yang terkagum-kagum sama si cowok.
Kalo liat Macross original, hubungan Hikaru – Minmei dan Hikaru – Misa itu dinamis. Hikaru punya awareness bahwa dia tertarik kepada Minmei pada saat mereka berdua terjebak dalam salah satu blok Macross, sementara Minmei memang diceritakan masih polos jadi nggak begitu menanggapi dan ketika dia menjadi idol populer, hubungan mereka jadi renggang. Sebaliknya dengan Misa, awalnya Hikaru selalu bertentangan dengan atasannya itu karena yang satu bertindak sesuai aturan militer, sementara yang satunya karena dasarnya bukan dari militer jadi nggak bisa nerima perintah seperti seorang prajurit. Bahkan nggak cuma di serialnya, sampe di movie-nya pun dinamika hubungan mereka bertiga itu berasa banget, suatu ketika Hikaru dekat dengan Minmei, di lain kesempatan dekat dengan Misa, terus ada galau-galaunya juga. Jadi berasa masuk akal.
Frontier masih lebih bagus sedikit (iya, IMHO, sedikit). Dinamika hubungan Alto – Sheryl – Ranka itu terasa, rivalitas antara 2 penyanyi terkenal (satu well established, satunya soon to be) juga terasa. Alto sendiri juga kadang deket sama Ranka, kadang deket sama Sheryl tapi lebih enak ngeliatnya karena si Alto juga berkembang karakternya karena dia ingin membebaskan diri dari stigma yang melekat pada dirinya. Cuma sayangnya (yep, ini yang membuat jadi ‘sedikit’ tadi) agak-agak drop di akhir, Alto tetep milih tapi terus endingnya berasa aneh. Ranka ditolak, tapi Alto ‘hilang’ dalam ledakan dan Sheryl, dia dipilih, tapi terus koma karena penyakit. Dan yang bisa menolong Sheryl adalah … Ranka. Mau dibikin twist tapi agak nggak enak sih kalo menurut gue. Udah gitu pake diulur-ulur kepanjangan untuk milihnya. Di serial TV dikatungin gitu aja (kalian berdua adalah sayapku … what?!) terus disuruh nonton movie-nya. Nonton movie pertama berasanya cuma kayak episode sisipan dari serial TV, dan baru ada kesimpulan di movie ke-2. Taktik dagang juga mungkin.
Kembali ke Delta, Hayate itu dari awal sampe akhir oblivious banget sama kedua tokoh ceweknya, jadi bisa dibilang nggak ada love triangle sepanjang serial ini berjalan. Hayate terlalu sibuk sama menjadi pilot yang bisa ‘mengendarai’ angin, dia nggak punya waktu untuk eksplorasi perasaan kedua cewek yang ada di sekitar dia. Makanya gue bilang nggak ada love triangle, nggak ada dinamikanya, bahkan rasa cemburu pun nggak ada antar karakternya. Bener-bener flat. Dan karena flat itu jadi udah ketauan dari awal, oh Freyja will win him. Sooo obvious. Mirage itu jadi kayak karakter numpang lewat, cuma untuk memenuhi syarat harus ada satu orang lagi supaya terbentuk cinta segitiga. Udah itu doang perannya. Momen untuk Hayate bersama Mirage itu nggak ada, sementara untuk Freyja banyak. Contoh gue tadi, Hikaru pernah menghabiskan waktu sama Minmei, dan pernah juga dengan Misa. Alto juga gitu, ada Ranka time, ada Sheryl time. Dynamic love triangle. Gue nggak nemu itu di Delta. Udah gue bongkar-bongkar tetep gak ketemu juga. Jadi justru untuk porsi utama, Delta malah kedodoran.
Satu lagi ‘masalah’ di Delta buat gue. Terlalu banyak karakter. Gue bukannya anti banyak karakter. Boleh saja bikin banyak karakter, cuma, jangan sampai itu karakter pada mubazir. Di Delta ini terlalu banyak karakter yang muncul di panggung utama. Dari sisi Hayate misalnya, udah banyak karakternya. Ada Walkure; Kaname, Makina, sama Reina. Ini jadinya banyak yang nggak tersentuh, Makina cuma flashback, Reina nebeng di flashback yang sama dengan Makina. Itupun cuma sekilas aja ceritanya sepanjang serial. Kaname masuk sorotan cuma pas ceritanya mau matiin Messer. Bahkan menurut gue Messer sendiri juga karakter yang kasian. Roy Fokker masih punya nasib yang lebih baik daripada Messer meskipun mereka berdua sama-sama mati di ceritanya. Setidaknya Fokker pacaran sama Claudia, dan jelas kalo Claudia bersedih untuk cowoknya ketika Fokker tewas. Lha kalo Messer? Numpang liwat, lumayan sempet marah-marahin Hayate yang bebal. Udah gitu dia terjangkit Var, dan ujungnya tewas begitu aja. Jadi untuk apa sebenernya karakter Messer dimunculin?
Delta shotai sisanya… Chuck… ya gitu aja. Kapten Arad, sama Kaname cuma ‘so-so’ aja, malah sampe ending Kaname sendirian. Mau dibikin kayak Claudia – Fokker, nggak bisa wong yang mati Messer. Mau bikin Max – Milia baru? Tapi nggak jelas tuh hubungan mereka. Masih mending Makina ama Reina yuri sekalian. Hahahaha.
Karakter lainnya lagi, tuh segerombol Aerial Knights. Bahkan Bogue yang kerjaannya marah-marah pun nggak jelas perannya dia dalam serial ini apa. Selain marah-marah tentunya. Tapi maksud gue, dampak dia terhadap alur cerita itu apa? Nggak ada. Cuma di ending aja dibikin pada bugil. Bahkan dibikin salah satu anggotanya mati pun, nggak ngefek apa-apa kalo menurut gue. Belum lagi dimunculin juga kisah bapaknya Hayate, Wright Immelman. Cuma sekilas doang, dan membuktikannya cukup dengan dengerin ‘blackbox’ nya pesawat! Dan itu diambil dari pesawat yang sudah dibangun ulang oleh Raja Windermere! Lha pas nyusun ulang itu pesawat masak iya sih nggak dipretelin ama mereka? Pas nyusun ulang itu bangkai pesawat masak nggak sambil nyari si blackbox itu? Harusnya nggak akan susah buat mereka untuk nemuin benda yang ditemukan Makina di pesawat itu.
Jadi? Untuk Valkyrie dan lagu, no complain deh gue. Tapi terus terang gue kecewa sama Delta. Justru elemen paling penting, love triangle, malah nggak tereksplorasi dari awal sampai akhir. Padahal itu yang seharusnya jadi ‘bintang utama’ di serial Macross.