Anime

Magical Girl Lyrical Nanoha : Reflection

Sebagai fans dari Nanoha franchise sebetulnya saya agak malu untuk mereview movie ini,karena movie ini keluar kurang lebih setahun yang lalu, dan saya seperti enggan untuk melihat ataupun mendengar apapun mengenai film ini. Namun gelombang nostalgia membuat saya memberanikan diri untuk menonton cerita original pertama untuk movie timeline dari Magical Girl Lyrical Nanoha.

Nama Magical Girl Lyrical Nanoha bagi saya adalah sebuah kenangan indah, berawal dari spin-off dari game dewasa Triangle Hearts 3 yang nantinya menjadi anime Sweet Songs Forever, Nanoha menjadi salah satu anime magical girls ternama. Season 1 dan 2 (A’s) nya mendapat sambutan baik dari penggemar anime karena mengusung tema yang cukup dewasa, gelap dan kompleks serta koreografi layak nya anime mecha, sesuatu yang langka untuk ukuran anime magical girls. Namun sayang nya semenjak StrikerS (season 3) berakhir, rasanya Nanoha sudah melewati masa-masa emas nya.

Dalam dunia manga pun situasi tidak juga lebih baik dimana the true heir dari Nanoha franchise, manga Nanoha Force yang ditulis sendiri oleh Tsuzuki Masaki (creator dari Nanoha franchise) mengalami hiatus.

Memang masih ada series seperti ViviD dan Vivid Strike, namun serial ini lebih tepat disebut spin off dan sama sekali tidak mencerminkan Nanoha sebagai sebuah setting dunia, hanya ada….. cute girls, fight each other, in a tournament….this is Nanoha, not a Street Fighter…. 🙁

Satu-satunya yang masih berlanjut dan menjadi harapan para fans lama Nanoha adalah movie series, dan untung nya Nanoha Movie 1st dan Nanoha Movie 2nd Ace, cukup mumpuni walau dengan perubahan dan kompresi kiri dan kanan. Jeda cukup lama mulai dari 2012 ke 2017 antara movie 2 (2nd AceS) dan 3 (Reflection) membuat banyak orang lupa atau enggan untuk melirik movie ini, namun pendapatan (ekuivalen) sebesar USD 1,4 juta dollar sepertinya membuat studio Nanoha yaitu Seven Arcs yakin untuk melanjutkan movie series ini menuju ke movie 4.

Movie 3 bercerita mengenai sepasang kakak-adik Amitie dan Kyrie Florian yang berusaha untuk mengembalikan kehidupan di planet mereka Eltria dan juga mencari pengobatan untuk ayah mereka yang sakit secara misterius. Ketika Amitie dan sang ibu berusaha untuk mencari solusi dengan cara logis, sang adik Kyrie mencarinya dari sumber yang tidak wajar, dia menemukan sebuah artifak dengan AI didalam nya, Iris. Artifak tersebut menuntun nya untuk pergi ke Non-administrated World no.79 atau yang kita kenal sebagai Bumi, untuk mencari Eternal Crystal, benda magis yang kuat yang akan mengabulkan permintaan Kyrie untuk menolong planet dan ayahnya. Namun Iris berpesan kepada Kyrie bahwa yang mereka lakukan akan membuat kekacauan di bumi, dan para agen Time and Space Administration Bureau (TSAB) tentu tidak akan tinggal diam, terlebih untuk trio Aces mereka, Takamachi Nanoha, Fate Tesstarosa H. dan Yagami Hayate.

Secara teknis, movie 3 (Reflection) ini adalah peningkatan dari movie 1 dan 2. Beberapa adegan terlihat bahwa hand drawn animation berpadu sempurna dengan digital background dan effects. Materi dari cerita Reflection ini pun di presentasikan dengan gaya yang lebih dewasa dimana darah dan mild violence terlihat cukup sering (Angry Nanoha FTW) serta adanya sentuhan realistis dimana ada warga sipil non mage yang terlibat bencana, ada pihak berwajib (polisi) yang bereaksi kepada kejadin dan juga pihak TSAB yang ikut membantu disaster relief, semua ini absen di movie 1 dan 2 btw. Yang menarik adalah tidak seperti movie 1 dan 2 yang lebih kepada reimagining dari Nanoha season 1 dan 2, movie 3 ini adalah cerita original, karakter Amitie dan Kyrie Florian (dan beberapa karakter lain) diambil dari game PSP, Nanoha A’s Portable : Gears of Destiny. Nanoha Force menyumbangkan design baru untuk Bardische dan Raising Heart, Nanoha Formula Suit barrier jacket dan juga senjata2 baru (Reflection adalah representasi animasi device terbaik dalam Nanoha franchise) yang dipakai oleh TSAB, hanya Iris yang merupakan karakter khusus dari movie ini.

Sayangnya, walaupun dari segi materi dan animasi serta penyajian dari movie ini bisa dianggap luar biasa, namun faktor story dan pacing dari movie ini tergolong lebih lemah daripada movie 1 dan 2. Plot cerita yang diambil langsung dari game Gears of Destiny menurut saya tidak di translasikan dengan baik kedalam format film. Pacing yang lambat di awal, lalu non-stop action hingga akhir film juga tidak memberikan kita waktu untuk appreciated the character atau the enviroment dengan baik. Beberapa adegan di awal movie berasa hanya pajangan dan tidak mempunyai real weight bagi cerita keseluruhan, sehingga seakan mengaburkan point dari movie ini.

Namun paling tidak saya masih menghargai usaha Seven Arcs untuk stay true kepada franchise di Reflection, dimana semuanya masih berasa Nanoha, bahkan karakter-karakter yang terlupakan seperti Arf dan Zafira atau bahkan Amy, Shari dan keluarga Bannings, Takamachi serta Tsukimura muncul walau hanya 1-2 scenes.

In the end, saya masih bersyukur kepada Reflection, walaupun bukan Nanoha yang seperti saya harapkan, namun paling tidak Reflection memberi nafas baru kepada franchise ini. Sekarang nasib keberlanjutan franchise ini ada di pundak movie 4, Nanoha Detonation.

Standard
Blog

New City Hunter Movie 2019

Aniplex akhirnya mengumumkan bahwa mereka akan merilis anime movie baru dari City Hunter yang rencananya akan ditayangkan pada musim semi 2019.

Manga karya Tsukasa Hojo ini dulu sangat populer di era 90-an, menghasilkan serial TV yang lumayan panjang, beberapa TV spesial, dan 3 judul movie. Sempat dibuat spin-off sama Jackie Chan dengan judul sama di tahun 1993, dan tahun 2011 Lee Min Ho memerankan tokoh utama drama Korea dengan judul sama (dengan sedikit modifikasi cerita).

City Hunter adalah cerita tentang Saeba Ryo, seorang sniper dan detektif swasta bersama rekannya, Makimura Kaori. Ryo sangat ahli dalam menggunakan senjata dan merupakan penembak jitu yang hebat, tetapi dia juga merupakan seseorang yang … err … cabul. ???? Sementara Kaori adalah partner andalan Ryo, orang yang ‘menjaga’ kelakuan Ryo dengan palu 100t-nya. ????

Personally, gue dari dulu suka ama manga-nya, pernah diterbitin sama penerbit lokal dalam versi yang … euh … ya diterima aja lah untuk ukuran masa-masa itu di mana nyari manga nggak segampang sekarang. ???? Dan waktu itu merasa cewek-cewek ‘karya’ Hojo pada cantik-cantik hahaha.

Untuk serial TVnya sendiri, awal-awal masih bagus karena masih sejalan ama manga, tapi terus muncul banyak “episode tambahan”, yang rasanya makin lama makin maksain aja karena emang lagi laku jadi dipanjang-panjangin ala-ala sinetron. ????

Selain manga, serial TV, TV specials dan Movie, hal lain yang gue suka dari City Hunter ini adalah soundtracknya. Lagu-lagu kayak Get Wild (ending pertama yang dipake di video di atas), SaraMr. Private Eye (my favorite), FootstepsGo Go HeavenWant Your LoveYour SecretsWithout You dst. Banyak banget. ✌

Hal yang lain yang menarik dari pengumuman soal film baru City Hunter ini adalah: Kamiya Akira (71 tahun) dan Ikura Kazue (58 tahun), pengisi suara asli Ryo dan Kaori kembali akan menyuarakan tokoh-tokoh mereka di film nanti. Bahkan sutradara yang akan menangani film ini adalah Kodama Kenji yang merupakan sutradara dari TV series yang awal. ????

Let’s hope it’s going to be a great blast from the past. 

 

LINKS:

Standard
Blog

Stand By Me Doraemon

Stand-By-Me-Doraemon-Movie-2

Ah, Doraemon. Kayaknya hampir semua orang di Indonesia (bahkan mungkin dunia) kenal sama Doraemon. Tapi jujur aja, baru kali ini gue ngeliat orang yang mau nonton filmnya Doraemon di bioskop Indonesia sampe sebegitu hebohnya. Denger-denger di Bandung yang mau nonton Doraemon itu 7.000 tiket terjual habis.

Nggak mengherankan juga, soalnya di Jakarta sendiri, yang namanya mau beli tiketnya Stand By Me Doraemon itu juga perjuangannya nggak gampang. Sampe situs teater yang menayangkan filmnya mengalami gangguan server karena overload sama permintaan booking tiket. Itupun sampe yang show jam 21:00 cuma tersisa 3 kursi pas dicek sekitar jam 19:00.

Kenapa yang kali ini heboh sekali? Berdasarkan analisa pasar (oh really? ) … alias ngedengerin orang-orang ngobrol di bioskop yang crowded banget itu, antusiasme membludak karena beredar informasi bahwa ini adalah film terakhir Doraemon karena diceritakan bahwa Doraemon nggak bakal kembali lagi ke masa kecil Nobita. Aww … 

 

Kalo baca di internet, banyak pemirsa Jepang yang memberikan nilai bagus untuk film yang ini. Ada yang bilang animasinya bagus, story nya bagus, drama nya dapet, dll. Ya pastinya orang jadi makin berminat nonton. Apalagi seinget gue pernah baca ada yang bilang kalo film yang kali ini bukan sekedar petualangan Nobita dan Doraemon ke sebuah dunia fantasi (bukaaan … bukan yang di Ancol!) dan nggak sekedar menonjolkan gadget-gadget ajaib dari kantong si Doraemon.

Anyways (SPOILER ALERT!!)

Cerita film ini dimulai dengan menggambarkan Nobi Nobita (seiyuu: Ohara Megumi) yang … yang … ya you-know-lah.  Sekolah telat melulu, nilai 0 melulu, dibully melulu, sial melulu, as if nothing good is happening in his life. Dan ada “pihak ketiga” yang mengawasi kehidupan harian Nobita. Ternyata yang mengawasi itu adalah generasi ke-4 keturunan Nobita dari masa depan yang sedang berdiskusi dengan Doraemon (seiyuu: Mizuta Wasabi) mengenai bagaimana cara menolong Nobita sehingga keturunannya di masa depan bisa mempunyai kehidupan yang lebih baik dari yang ada saat itu.

Stand-By-Me-Doraemon-Movie-3

Nobi Sewashi (seiyuu: Kamei Yoshiko), yang di subtitle Indonesia namanya jadi Soby, dan Doraemon akhirnya mendatangi Nobita di masa lalu dengan menggunakan mesin waktu Doraemon yang seperti kita tau, nongol di laci meja belajar Nobita. Sewashi memutuskan untuk memberi misi kepada Doraemon untuk membantu Nobita sehingga di masa depan nanti kehidupan Nobita dan keturunannya menjadi lebih baik. Misi ini awalnya ditolak oleh Doraemon tetapi Sewashi memaksakan dengan memasukkan program ke dalam Doraemon yang membuat dia tidak bisa kembali ke masa depan sebelum Nobita memperoleh kebahagiaan.

Sejak itu dimulailah petualangan Nobita dan Doraemon, dengan menggunakan gadget Doraemon seperti biasa yang kita liat di serial TV, untuk mengubah masa depan Nobita yang menurut info dari Sewashi adalah menikah dengan Jaiko dan hidupnya sengsara karena gagal. Tapi seperti biasa, gadget-gadget itu pada akhirnya justru tidak membantu Nobita mendapatkan kebahagiaan yang sesungguhnya, dan itu berdampak pada perasaannya kepada Minamoto Shizuka (seiyuu: Kakazu Yumi). Nobita akhirnya menyadari bahwa bergantung pada gadget Doraemon bukanlah jalan keluar dan berusaha keras belajar untuk bisa menjadi lebih baik dan bisa bersaing dengan Hidetoshi Dekisugi (seiyuu: Hagino Shihoko), teman sekelas mereka yang “perfect”, untuk mendapatkan Shizuka.

Stand-By-Me-Doraemon-Movie-4

Cuma ya namanya juga Nobita, udah berhasil belajar matematika, ternyata ujiannya adalah sastra Jepang …  Di tengah keputusasaannya (haiyah…) Nobita memutuskan untuk menjauhi Shizuka dan membuat Shizuka membenci dirinya karena Nobita berpikir bahwa dia hanya akan menyusahkan Shizuka di masa depan kalau memaksakan diri untuk menjadi pasangan hidup Shizuka. Tetapi ternyata keputusan Nobita kali ini justru malah membuat gambaran masa depannya membaik dan hal itu memberikan harapan baru bagi Nobita dan dia merasa telah menemukan sesuatu yang merupakan kebahagiaan bagi dirinya.

Karena Nobita telah berhasil menemukan kebahagiaan, artinya misi Doraemon telah berhasil. Sesuai dengan program yang telah ditanamkan, maka Doraemon harus kembali ke masa depan apapun yang terjadi. Mengetahui hal ini, Nobita berusaha keras untuk menunjukkan kepada Doraemon bahwa dia bisa kembali ke masa depan tanpa perlu mengkhawatirkan dirinya karena dia sudah bisa menghadapi sendiri masalahnya tanpa harus dibantu oleh Doraemon.

Stand-By-Me-Doraemon-Movie-5

Beberapa waktu berlalu setelah kepergian Doraemon. Nobita dkk pun kembali menjalani kehidupan mereka seperti biasa hingga suatu hari, dia dikerjai oleh Honekawa Suneo (seiyuu: Seki Tomokazu) dan Gouda Takeshi alias Gian/Giant (seiyuu: Kimura Subaru) yang mengatakan bahwa Doraemon telah kembali. Ternyata dia dibohongi karena hari itu adalah April Mop. Nobita kemudian teringat bahwa Doraemon pernah meninggalkan satu gadget untuk dia gunakan suatu hari. “Gadget” itu ternyata adalah sebuah ramuan yang akan mewujudkan kebalikan dari apa yang diucapkan oleh Nobita. Nobita pun menggunakan ramuan itu untuk membalas keisengan Suneo dan Jyian. Meskipun begitu dia tetap bersedih karena tidak bisa bertemu Doraemon dan secara tidak sadar mengatakan bahwa Doraemon tidak mungkin kembali lagi. Ternyata efek ramuan tersebut masih ada dan … you guessed it. Doraemon secara ajaib kembali lagi (karena itu berkebalikan dengan ucapan Nobita).

And so they lived happily ever after. Medetashi … Medetashi … 

My thoughts?

Sorry to say, tapi menurut gue endingnya … jelek kurang bagus (gue gak bisa bikin animasi dan bukan pakar, so I prefer to avoid strong word like ‘jelek’). IMHO akan (jauh) lebih baik kalo film itu endingnya adalah pada segmen di mana Nobita berhasil ‘berjuang’ untuk membuktikan kepada Doraemon bahwa dia sudah bisa menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa harus bergantung kepada Doraemon meskipun itu berarti dia harus tertatih-tatih. But he did it. Bahkan dia sudah mengatakan pada dirinya sendiri bahwa dia akan terbiasa dengan kondisi tanpa keberadaan Doraemon.

That, would have been a perfect ending. Dengan ending kayak gitu, keberadaan Doraemon di masa kecil Nobita jadi bermakna. Tujuan dia didatangkan ke masa lalu adalah untuk mengubah Nobita menjadi orang yang lebih baik, dan dengan dihentikan di bagian itu, artinya Doraemon telah berhasil. Cerita dan drama yang dibangun dengan baik dari awal akan punya makna yang lebih dalam. But that’s not what happened. Me = sad. 

Kalo alasannya adalah murni untuk tontonan anak-anak, gue kurang setuju. Seperti gue bilang, cerita dan drama yang dibangun, itu nggak murni untuk anak-anak. Film-film Doraemon yang sebelumnya tentang petualangan ke dunia antah berantah mungkin iya, tapi yang ini gue rasa nggak. Dan menurut gue, ending yang disajikan agak-agak merusak suasana. Gue tau mendiang Fujiko F. Fujio menginginkan Doraemon untuk jadi never ending story, tapi ya akhirnya storyline film ini jadi “kebanting”.

Ringkasnya, animasi bagus dan smooth, gue suka penggambaran karakter-karakternya, Doraemon malah lebih lucu di sini, Jyian agak kurusan, Shizuka lebih cantik dll. Drama oke, komedinya oke, cerita nggak bertele-tele. Pada akhirnya gue harus akui gue menikmati film Stand By Me Doraemon ini tapi nggak sampe penghujung filmnya, karena gue suka banget sampe ya adegan yang gue bilang di atas tadi. After that … agak-agak drop feelingnya. 

Standard