Yah, dengan berakhirnya Gargantia, bisa dibilang semua yang gue ikutin untuk musim semi ini abis… Dan, beberapa kejadian di Gargantia sudah gue perkirakan bakal terjadi, meskipun ada beberapa juga yang meleset dari dugaan. Hehehe…
Menjelang akhir serial, Ledo akhirnya mengikuti Pinion dan sebagian “warga” Gargantia untuk memisahkan diri dari koloni Gargantia dan pergi memburu Hideauze yang tinggal di lautan. Dalam ‘penyerangannya’ ke sarang Hideauze, Ledo akhirnya mengetahui asal usul Hideauze yang ternyata sebenarnya adalah manusia juga awalnya. Mereka adalah orang-orang yang melakukan penelitian terhadap diri mereka sendiri untuk mempersiapkan tubuh mereka agar bisa beradaptasi dengan lingkungan yang ekstrim, salah satunya ditujukan untuk membuat manusia yang mampu hidup di lingkungan luar angkasa (yang tentunya tidak seperti hidup di bumi). Ketika mengetahui hal itu, Ledo sempat terguncang karena ternyata yang mereka perangi selama ini adalah manusia juga, bukan alien. Sementara Pinion mengambil keuntungan dari hal itu dengan mendapatkan barang-barang peninggalan generasi sebelumnya. Ia pun dengan cepat bisa mempelajari benda-benda itu dan lewat radio komunikasi, mengklaim bahwa wilayah itu dan semua isinya adalah di bawah kekuasaan Pinion.
Tiba-tiba muncul sebuah koloni lain yang menghampiri tempat itu karena mereka menerima transmisi radio Pinion. Ledo terkejut melihat koloni tersebut karena di bagian puncaknya tampak sebuah stryker unit yang ia kenali sebagai unit milik Kolonel Kugel, atasannya. Ledo kemudian mencoba komunikasi dan dia senang karena ternyata memang benar unit itu adalah milik Kugel. Tetapi Kugel mengatakan bahwa dia hanya bisa menemui Ledo dalam wujud hologram karena dia tidak bisa meninggalkan kokpit akibat penyakit yang dideritanya. Kugel sendiri di koloni tersebut menjadi semacam ‘dewa’ dan warga koloni tersebut menyembah dan memuja Kugel. Awalnya Ledo masih ingin mengikuti atasannya itu, tetapi ia mulai ragu setelah melihat bahwa di koloni itu, orang yang dianggap sebagai ‘beban’ (lanjut usia, penyakitan, dll) dikorbankan dengan cara dibuang ke laut dalam kondisi masih hidup dan mereka sepertinya menuruti saja hal itu. Apalagi ketika Kugel memerintahkan untuk menyerang Gargantia sebagai bagian dari ‘penaklukan’ untuk mempersatukan semua manusia.
Ledo akhirnya memutuskan untuk melawan Kugel, sementara Pinion yang diserahi tugas oleh koloni Kugel untuk menyusun kembali senjata yang berhasil diambil dari reruntuhan di dasar laut, ternyata juga merencanakan untuk memberontak. Pinion juga melengkapi Chamber dengan berbagai persenjataan yang berhasil dia perbaiki untuk melawan Kugel dan Stryker unitnya. Sementara itu pihak Gargantia sendiri memutuskan untuk menggunakan senjata rahasia yang ada di Gargantia untuk melawan koloni Kugel. Pertempuran pun tidak dapat dielakkan dan ketika kedua koloni sedang saling berperang, Ledo dengan Chamber harus menghadapi Kugel dan Stryker. Tetapi betapa terkejutnya Ledo ketika ia berhasil membuka kokpit Stryker, berharap dapat bertatap muka langsung dengan Kugel. Yang ia dapati hanyalah jasad Kugel yang sudah mengalami dekomposisi alias sebenarnya dia sudah lama meninggal dunia. Stryker unit bergerak sendiri berdasarkan hasil penyimpanan memori dan pikiran Kugel.
Ledo dan Chamber harus mengerahkan semua kemampuan mereka untuk melawan Stryker yang kuat. Ketika Chamber bertanya kepada Ledo apakah ada hal yang ingin dia lakukan sebelum menyerang Stryker, Ledo mengatakan bahwa dia ingin sekali bertemu lagi dengan Amy. Chamber mengatakan bahwa kondisi psikologis Ledo tidak memungkinkan dirinya untuk melakukan pertempuran, oleh karena itu Chamber kemudian memisahkan kokpit dengan Ledo di dalamnya, kemudian dia sendiri yang menyerang Stryker dan akhirnya meledakkan diri bersama dengan Stryker.
Setelah pertempuran usai, Ledo pun akhirnya hidup bersama dengan warga Gargantia. Mereka berusaha untuk bisa hidup tanpa harus bertempur dengan Hideauze, sambil terus mencari cara untuk membuat kehidupan mereka maupun Hideauze menjadi lebih baik. And that’s the end of it.
Hmm … bukan ending yang buruk, tapi menurut gue pribadi, ini agak rushed. Agak terburu-buru ditamatkan. Kayak interaksi antara Ledo dengan Kugel. Memang bener mereka berdua sudah kenal lama, dan tentunya Ledo sebagai prajurit sejati, akan mengikuti arahan atasannya. Langsung aja kejadian seperti itu, lalu langsung berubah dengan melihat upacara pengorbanan dan keputusan menyerang Gargantia. Kayak nggak ada waktu untuk, misalnya, mereka berdua terdampar di dunia asing, apa nggak mungkin terjadi semacam dialog membahas tentang how, when, what, where, dst? Bukannya itu yang biasa terjadi pada dua orang yang lama tidak bertemu, dan akhirnya bertemu di dunia yang sama sekali asing? Apalagi militer, pasti ada lah pembicaraan untuk membahas situasi.
Perubahan ‘sifat’ Chamber juga sifatnya mendadak. Selama ini Chamber selalu berada di posisi ‘logis’ karena dia memang seharusnya tidak punya perasaan atau emosi. Dan dia sama sekali tidak menunjukkan adanya tanda-tanda interaksi dengan manusia membuat dia jadi lebih ‘manusiawi’. Tiba-tiba di episode terakhir, dia bisa ‘merasa’ bahwa keputusan dan pola pikir Stryker itu salah sehingga dia memutuskan untuk melawan. Begitu pula ketika Chamber memutuskan untuk melepas kokpit Ledo. Memang di situ diceritakan bahwa hasil assessment Chamber terhadap kondisi mental Ledo-lah yang membuat Chamber memutuskan untuk melakukan hal itu, tapi untuk memutuskan ‘harakiri’ demi menyelamatkan Ledo? Kalo memang logika, ya dia akan sarankan untuk mundur karena menurut ‘hitungan’ otak mesinnya ya bakalan kalah, tapi yang terjadi malah sebaliknya. Cepat sekali perubahan yang terjadi pada Chamber.
Lalu ambil contoh tokoh Pinion. Mereka ini kan seharusnya adalah manusia yang istilahnya ‘mundur’. Dari peralatan modern dan canggih, mundur beberapa abad ke belakang. Tapi Pinion and the gang mudah sekali memahami teknologi yang baru mereka dapatkan dari dasar laut, langsung bisa disusun, dan mereka langsung bisa menggunakan. Sama juga dengan yang terjadi pada Ridget dan lima orang tetua. Kalo yang 5 orang sesepuh itu gue masih bisa mengerti, mungkin mereka memang menyimpan rahasia penggunaan teknologi meriam itu di dalam benak mereka. Tapi untuk generasi Ridget? Sedangkan kita bisa lihat dalam kesehariannya, kegiatan di Gargantia tidak pernah melibatkan monitor komputer seperti yang ada di panel kontrol meriam itu, suddenly dia seperti sudah familiar dengan peralatan semacam itu.
Jadi nggak jelek, cuma agak ‘dipepetin’ if you ask me. Secara ‘tebakan’ sih beberapa poin yang gue perkirakan ternyata sesuai, cuma ya ada juga yang meleset, seperti:
- Gue perkirakan bahwa Hideauze itu ternyata ciptaan manusia → dan ternyata memang benar
- Gue perkirakan kalau pemimpin Gargantia meninggal dunia → benar
- Gue perikirakan Pinion maot → salah
- Gue perkirakan Chamber hancur → benar
- Gue sempet berpikiran kalo Kugel udah mati, dan hanya ‘pikirannya’ aja yang masih ada → bisa dibilang bener juga
- Gue pikir ini bakalan panjang → salah, ternyata cuma 13 eps.
Lucky guess, I guess. Dan … is it me, atau memang Stryker unit itu tampangnya kayak muka Iron Man?
Dan sekalian di sini, sekedar Trivia sebenernya, alias pengetahuan umum aja. Ternyata pihak pembuat Gargantia mengadakan semacam kontes desain karakter, dan dari banyak peserta, dipilih hasil karya dari 12 pemenang, dan karakter yang mereka ciptakan, dimunculkan di episode terakhir Gargantia sebagai warga Gargantia. Dari 12 karakter itu, bisakah kamu menemukan mereka di episode terakhir?
[spoiler]
[/spoiler]