Wedew … Bulan November. 15 tahun yang lalu, di bulan ini animindo pertama kali ‘nonggol’ di dunia maya. Amazing how time flies. Ya memang sih mungkin 15 tahun juga belum ada apa-apanya, tapi kalo dipikir lumayan juga buat sesuatu yang sifatnya one man army kayak gini. Hehehe … narsis dikit nggak apa-apa lah.
Sebenernya nonton anime udah lebih dari 15 tahun sih, tapi yang “dipublikasikan” di internet ya baru ada 15 tahun itu. Itupun juga paling cuma berapa judul yang ketonton ampe sekarang. Kalo dibandingin sama fans anime yang hardcore, nggak ada apa-apanya. Apalagi buat yang sampe menghayati dan bisa berbangga hati mengaku sebagai ‘Otaku’, level gue ya masih cetek lah.
Di usia yang fifteen my age ke-15 tahun ini, gue rasa yang cukup menarik untuk dibahas adalah … ya anime. What else? Wong ini blog isinya tentang anime. Hahaha. Ama manga sih sebenernya soalnya dulu di awal-awal animindo muncul, manga juga ada beberapa judul yang dibahas.
Kalo bahas jumlah judulnya pasti udah ratusan kali ya, cuma yang gue pengen bahas adalah yang paling notable kalo diliat dari sisi genre dan tema-nya. Nggak semua genre gue bahas karena harap maklum … pengetahuan kurang. Hehehe. Tapi gue rasa tahun 90-an, apalagi pertengahan sampai akhir, terjadi semacam perubahan dalam dunia anime dan sepertinya, yang gue liat, beberapa judul pada masa itu seperti menjadi semacam titik tolak untuk genre-genre anime sekarang. Dan berikut ini adalah anime-anime dari genre tertentu yang populer pada masa itu.
Rom-Com/Love-Com to Harem
Waktu awal 90-an, gue rasa pasti banyak yang kenal dengan nama Takahashi Rumiko. Mangaka dengan banyak sekali karya yang terkenal. Banyak karya Rumiko yang kemudian diangkat dari manga menjadi anime. Beliau ini mendominasi dunia anime dengan karyanya yang ber-genre romantic/love comedy seperti salah satunya Ranma ½. Pada waktu itu sebenarnya muncul juga banyak karya dengan genre sejenis, dan rata-rata hampir sama semua alur ceritanya. Buat yang pernah nonton Ranma sampe episode penghabisan (which is panjang banget serialnya … 7 season kalo nggak salah inget), endingnya … ya gitu itu. Nggak ada penyelesaian alias ya udah tamat tamat aja, dan situasi rom-com nya, berulang-ulang lagi. Jadi rasanya disebut ‘ending’ juga nggak tepat-tepat amat.
Pas tahun 1998, muncul satu manga baru yang … berbeda, dia adalah Love Hina. Manga buatan Akamatsu Ken ini seolah merombak romantic comedy yang sudah berjalan selama beberapa tahun terakhir. Ken merilis karya yang menurut gue di kemudian hari benar-benar merubah rom-com dalam banyak aspek. Memang sih manga ini baru muncul dalam format anime sekitar 2 tahun kemudian (tahun 2000), tapi dari sinilah awal mulanya terjadi perubahan, jadi gue rasa cukup relevan untuk diangkat.
Perubahan yang paling jelas dan mendasar adalah, endingnya. Meskipun beralur cerita love comedy sama seperti para pendahulunya, tetapi Ken tidak tampak berusaha “menarik ulur” para penggemar dengan memasukkan unsur cerita lucu-lucuan yang banyak terjadi berulang kali antara para tokoh utama sedemikian banyaknya sehingga akhirnya cerita itu menjadi semacam loop yang berulang-ulang tanpa akhir. Ken memberikan sebuah “jawaban” kepada para penggemar Love Hina, bahwa Naru adalah orang yang memang dicari oleh Keitaro, dan mereka akhirnya berhasil memenuhi janji yang pernah mereka buat di masa lalu.
Selain dari sisi cerita, Ken juga “merombak” stereotype karakter anime cewek dari mulai gaya rambut sampai bentuk wajah dan cara berpakaian yang sebelumnya cenderung mirip-mirip dengan karakter-karakter Takahashi seperti Tendou Akane. Dan meskipun bukan anime yang pertama (sebelumnya sudah ada judul seperti Tenchi Muyo!) di mana tokoh cowok dikelilingi banyak tokoh cewek, tapi setelah kemunculan Love Hina sebagai anime, mulai bermunculanlah anime dengan situasi yang kurang lebih serupa, satu cowok dan banyak cewek. Tentunya dengan berbagai latar belakang kejadian yang berbeda sehingga hal itu bisa terjadi. Belakangan genre ini akhirnya punya nama sendiri yaitu, Harem Anime.
Meskipun demikian, kalo kita liat dan ikuti, kebanyakan dari anime-anime yang belakangan muncul itu hanya “mengadopsi” satu poin itu saja. Secara cerita rata-rata ya … kembali ke standar awal, tanpa “penyelesaian” dan masuk ke dalam loop yang sama seperti dulu, berulang-ulang. Jadi misalnya episode kali ini bertengkar dan lucu-lucuan ama satu tokoh cewek, minggu depan giliran yang lain, dst. Kebanyakan anime-anime ini tidak berani (tidak mau? Atau tidak punya?) memberikan penyelesaian seperti Love Hina. Oh and let’s not forget … biasanya harem type ini punya satu episode ‘spesial’ dan seolah-olah wajib ada, yaitu mizugi episode.
Mahou Shoujo to Moe
Mahou shoujo atau magical girl ini sebenernya udah lama ada, dengan cerita mahou shoujo pertama dikatakan berasal dari tahun 1953 berupa manga berjudul Ribon no Kishi. Dan untuk dunia anime, mungkin yang paling memorable bagi angkatan 90-an adalah Bishoujo Senshi Sailormoon pada tahun 1992. Tapi di tahun 1998, muncul satu judul yang juga mengangkat tema magical girl dan boleh dibilang sangat terkenal yaitu Cardcaptor Sakura. Menceritakan tentang seorang anak perempuan kelas 4 SD berusia 10 tahun bernama Kinomoto Sakura yang harus berjuang untuk mendapatkan kartu Clow yang secara tidak sengaja dia lepaskan.
Setelah era Sakura, anime genre mahou shoujo semakin banyak bermunculan dengan gaya kostum yang berwarna warni dan menggunakan tongkat. Tongkatnya pun kebanyakan mirip, entah itu mengandung unsur bintang, atau sayap. Tapi sepertinya setelah Sakura, jarang mahou shoujo (populer) yang ‘solo karir’ kayak Sakura (Tomoyo kan cuma bantu kostum dan ngerekam) dan kayaknya hampir nggak ada yang kostumnya variatif kayak Sakura. Semua kostumnya custom made oleh Tomoyo dan bukan bagian dari transformasi Sakura dari anak gadis biasa menjadi magical girl, sementara kebanyakan mahou shoujo adalah kostumnya merupakan ‘paket’ dari transformasi mereka.
Satu lagi yang menarik dari Sakura adalah, buat gue, dia ini adalah salah satu prototype dari karakter anime yang ‘moe‘. Jadi bisa dibilang dia adalah salah satu ‘peletak batu dasar’ karakter moe. Lucunya, malah ada yang menjadikan moe ini sebagai genre, entah bagaimana itu penjelasannya. Belakangan makin banyak karakter anime yang dikategorikan moe (bahkan sampe ada polling tahunan untuk menentukan yang paling moe), tapi menurut pendapat gue, Sakura is still one of the best. *pedofil mode … hahaha.
RPG to Fantasy Adventure
Think Lord of the Rings … eh … nggak ding. Beda kok. Hehehe. Tahun 1998, muncul satu judul anime yang menurut gue cukup berhasil menjadi salah satu anime yang layak disebutkan dalam pembahasan ini, Lodoss to Senki (Record of Lodoss War) . Bercerita tentang petualangan di dunia fantasi (bukan … bukan yang di Ancol!! ) di mana ada manusia, elf dan mahluk-mahluk yang biasa berada di dunia fantasi. Dan seperti biasa, yang namanya elf digambarkan sebagai cewek yang cantik.
Mungkin banyak yang nggak kenal, tapi Lodoss adalah salah satu anime yang ‘berangkat’ dari game. Game aslinya itu muncul pertama kali malah di tahun 1988. Jauh lebih kuno lagi … Tapi memang muncul dalam bentuk animasi baru pada tahun 1990 dalam bentuk OVA, dan TV Series muncul belakangan tahun 1998, 10 tahun kemudian. Mungkin maksudnya anime ini dirilis mengikuti popularitas game-nya, atau justru mungkin untuk mendongkrak penjualan game berikutnya yang terakhir dirilis pada tahun 2000. Nonetheless, Lodoss to Senki adalah salah satu anime bergenre fantasy adventure yang muncul di tahun 1998 dan termasuk yang mampu meninggalkan ‘jejak’ di dunia anime.
Cowboys to Sci-Fi
Nah, yang ini mungkin banyak yang tau, karena memang bisa dibilang populer. Cowboy Bebop. Cerita tentang para bounty hunter yang berkelana di final frontier alias luar angkasa (kalo kata para kaptennya USS Enterprise). Gaya hidup ala koboi yang diadopsi ke dunia modern dengan latar belakang kehidupan luar angkasa. Cowboy Bebop ini adalah salah satu anime yang memberikan ‘alternatif’ tipe tokoh utama. Di sini tokoh Spike Spiegel digambarkan sebagai seorang mantan anggota sindikat, Jet Black rekannya yang merupakan mantan anggota kepolisian, Faye Valentine penjudi yang hilang ingatan, dan Ed jenius eksentrik. Tokohnya nggak ada yang berlatar belakang typical hero yang umumnya penuh dengan nilai-nilai kebenaran dan kebaikan. Dan gaya hidup mereka ini ya seperti koboi, hidup mengalir saja tanpa beban, tapi tetep masing-masing tokoh mempunyai sisi cerita yang lebih kompleks.
Selain Bebop, ada satu lagi anime di tahun 1998 yang punya ‘suasana’ sama dan cukup populer juga, yaitu Trigun. Sama seperti Bebop, Trigun juga mengangkat tema bounty hunting dan kehidupan bernuansa dunia koboi. Kalo dipikir, kemiripannya agak banyak, cuma bedanya Spike memburu bounty, Vash (tokoh utama Trigun) justru orang yang paling dicari alias buruan para bounty hunter.
Meskipun waktu itu gaya koboi luar angkasa begini populer (selain Bebop dan Trigun masih ada lagi Outlaw Star) sebagai bagian dari genre Sci-Fi, tapi kayaknya di generasi berikutnya makin berkurang, malah kayaknya nggak ada lagi ya? Padahal waktu itu sempet ada gosip Hollywood pengen bikin Cowboy Bebop, dan dibilang pemeran Spike-nya adalah … Keanu Reeves.
Cyberpunk to Philosophy
Sayangnya nggak ada genre virtual atau reality, kayaknya keren aja buat judul. Hahaha … Cuma ini mungkin memang sebenernya masih masuk di Sci-Fi, lagipula anime ini lebih sering masuk dalam genre cyberpunk dan menurut gue tema seperti ini biasanya (dan untuk kasus anime ini memang iya) berbenturan dengan filosofi. Apalagi yang namanya konsep tentang kehidupan, filosofi tentang yang namanya hidup dan kehidupan itu sering menimbulkan banyak pertanyaan.
Anime apa itu? Dia adalah Serial Experiments Lain. Pernah denger? Kalo pengen nyari anime yang perlu ‘mengasah otak’, ini salah satu judul yang layak dijadikan salah satu kandidat. Karena di anime ini, kita bakalan disuguhi pertanyaan-pertanyaan seperti mana yang realita mana yang virtual, dan seperti tadi gue bilang, konsep tentang ‘hidup’ itu seperti apa. Kenapa? Karena di anime ini ceritanya Iwakura Lain si tokoh utama hidup dalam keluarga yang berantakan. Suatu ketika dia mendapat kabar bahwa salah satu murid di kelasnya telah meninggal. Tetapi ketika Lain mencoba menjelajah internet, si murid yang dikabarkan meninggal itu muncul dan mengatakan bahwa dirinya sekarang ‘hidup’ di dalam dunia maya itu dan meninggalkan tubuhnya. Bingung? Ya memang harus nonton sendiri dan mencoba memahami apa yang ingin disampaikan.
Tema-tema cyberpunk, virtual reality, atau yang sifatnya mempertanyakan konsep hidup dan mati secara fisik vs hidup dan mati secara non-fisik ini kayaknya nggak terlalu banyak belakangan ini. Mungkin karena biasanya jadi sangat ribet dalam penceritaan dan temanya berkesan berat? Nggak tau juga. Tapi belum lama ini muncul kok anime dengan genre seperti ini, Psycho-Pass, meskipun kalo yang satu ini lebih ke action crime nya yang ditonjolkan.
15 Tahun Kemudian
Genre-genre anime sebenernya sekarang ini udah susah kalo mau ‘dikotak-kotakkan’ karena pada akhirnya ada genre yang merupakan campuran atau gabungan dari beberapa genre lain. Dari anime-anime tahun 1998 itu, yang sampe sekarang masih bisa kita liat seperti harem, romance/love comedy, mahou shoujo, sci-fi, cyberpunk, action, dll. Tapi dari semua anime itu, gue rasa ada beberapa poin yang mungkin menghilang seperti penutup cerita untuk genre romcom atau harem, mungkin tujuannya supaya bisa suatu ketika dilanjutkan lagi? Dalam genre mahou shoujo rata-rata ya, cerita tentang anak cewek yang dapat kekuatan dan dignakan untuk melawan kejahatan, jadi ya repetitif juga. Untuk yang ini memang sudah ada yang ‘menjawab’ ke-monoton-an itu dengan merilis Puella Magi Madoka Magica, yang bener-bener 180° dari genre mahou shoujo pada umumnya.
Semakin banyaknya judul anime sekarang ini mungkin memang membuat semakin sulitnya memunculkan genre yang sama sekali baru atau sekedar menciptakan sebuah tema yang tidak berkesan mengulang yang sudah pernah ada. Di satu sisi kebutuhan untuk menyediakan hiburan bagi para fans juga terus meningkat. Mungkin kondisi ini yang kemudian mendorong bermunculannya anime-anime yang kesannya ya … cuma untuk memenuhi kemauan pasar. Atau ya ‘pasar’nya sendiri juga cuma ngarep liat karakter yang moe tanpa terlalu fokus ama tema dan cerita. Bisa jadi genre moe ini yang paling dikejar, dan karena moe biasanya identik dengan karakter cewek, maka secara alami genre harem yang menjadi ‘idola’ karena bisa memunculkan beberapa karakter cewek moe sekaligus. Tentunya hal ini akan sangat berpengaruh juga pada bisnis sampingan para produsen anime yaitu bisnis collectibles alias barang-barang yang berkaitan dengan si anime seperti figur, asesoris, kostum untuk cosplay dll.
Jadi… 15 tahun animindo membahas tentang anime, apakah ini berarti nantinya akan berisi sesuatu yang berulang-ulang juga? Mudah-mudahan nggak lah ya.
Happy 15th anniversary animindo.net